Sunday, April 5, 2009

Senyuman Itu ...

Di sela sela sayur mayur
dan simpang siur kaki kaki yang melangkah
mengheret bakul bakul sarat
melimpah ikan daging segala anika
bekalan dapur seminggu
mataku terpana kepada
sesosok tubuh kecil

hanya beralas tipis
suratkhabar
menyimpuh sepasang kaki
kurus tak bermaya buat melangkah
sambil menyuguh plastik buruk kusam
dengan tenang menanti
jari jari letih menjinjing tenggiri sawi juga nasi lemak
berhenti merogoh kocek
mencari sepeser uang receh
buat dilemparkan ke dalam mangkuk kusam

perlahan aku tercari cari
beberapa lembar ringgit
perlahan ku masukkan ke dasar plastik buruk itu
dan ... perlahan
hitam matanya menangkap mataku

matanya berbinar menyorot ku
sambil bibir kecil yang tak pernah bersuara
menyungging senyum ...
... lama senyum itu ..
tidak pudar sedikit pun
... aku masih berdiri di sisi

aku gementar tiba tiba
... bukan sekali ini aku dirayu pengemis
... tetapi ...
senyuman itu persis sekali
senyuman anakku sendiri
raut muka itu ... seakan mirip jantung hatiku

hatiku tergugah
terpukul hebat
dihenyak bongkahan batu
berjatuhan melindas rasa
menghunjam nurani
anak itu ...
matanya ...
wajahnya ...
bibirnya ...
terus terusan bersedekah senyum kepadaku
tidak adakah bongkahan besar
menghimpit hidupnya
menyesak dada itu
membeku benak fikirnya

pagi itu
di pasar tani
di taman melawati
baru ku tahu
orang tidak berjual ikan dan sayur cuma
harga diri dan kehormatan
juga adalah dagangan
si kecil cacat dijadi pelaris
menggait simpati
... terkutuklah manusia yang hilang silu
tanpa rasa memeras tubuh kecil
merobek nurani yang melihat
lewat senyuman naif itu

... perlahan aku coba menghela kedua kaki
meninggalkan anak itu
yang masih tersenyum
... jemari kurusnya membelai mesra
mangkuk buruk satu satu nya harta duniawi

di celah kemeriahan pagi
ku bermunajat
Ya Allah ku mohon
ringankanlah derita nya
kurniakanlah dia hidup yang lebih manusiawi

senyuman itu
enggan pergi
masih melekat di ingatan ku.

1 comment:

N.I.S. said...

Puisi indah dan mencuit hati